Senin, 11 Agustus 2008

PRAKTEK MENGHADAPI EMPAT MAQODARULLOH

1. Bersyukur Ketika Mendapat Nikmat
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini sebagai manusia, dalam setiap detik kehidupan, kita selalu menerima nikmat dari Alloh. Sungguh banyak dan besar kenikmatan yang Alloh berikan kepada manusia sebagai makhluqNya yang paling sempurna.
Firman Alloh :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْ ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً * سورة الإسراء ٧٠
Sungguh Kami (Alloh) telah memuliakan kepada anak turun Adam, kami memuat mereka di daratan maupun lautan, kami mencurahkan rezeki kepada mereka dari yang halal-halal dan kami sungguh memberi keutamaan kepada mereka mengungguli kebanyakan makhluq yang kami ciptakan.

وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا ... الأية * سورة إبراهيم ٣٤
Seandainya kalian berusaha menghitung (nilai) nikmat Alloh niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya . . .

Banyaknya nikmat yang Alloh limpahkan ini, seharusnya membuat manusia bahagia dalam hidup di dunia. Namun kenyataan yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata kebahagian bukanlah hal yang mudah didapat. Kita sering menyaksikan orang-orang yang merasa susah dan pusing karena kekurangan uang. Adapula orang yang kehidupannya terasa sempit dan sengsara karena keblekan hutang. Di sisi lain tidak jarang kita jumpai orang yang mengalami stres dan cemas karena kebanyakan uang.. Namun kita juga melihat ada orang bisa lebih bahagia duduk di atas bebatuan. Mereka adalah para tukang batu yang hanya mendapatkan upah sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya siang ini dan malam nanti. Mereka tidak menyibukkan hidupnya dengan mengenang masa lalu dan tidak cemas dengan bayang-bayang masa depan. Mereka menikmati apa yang mereka peroleh dan dapat mereka nikmati pada hari itu. Ternyata mereka lebih merasakan kebahagian. Mereka adalah orang-orang yang diberi anugerah oleh Alloh rasa bahagia dengan menikmati hidup apa adanya.
Banyaknya aksesori duniawi seperti harta, kedudukan, kekuasaan, gelar, popularitas, ketampanan atau kecantikan dan berbagai macam kesuksesan ternyata tidak bisa menjamin ketentraman, kenikmatan dan kebahagian. Sebagian besar orang mengukur kebahagiaan dengan banyaknya nikmat yang didapat. Itulah sebabnya hidup ini menjadi sulit untuk bahagia, hati selalu terombang-ambing dengan perasan was-was, takut, cemas, gelisah, bingung, tegang, pening dan sebagainya. Sehebat apapun keinginan untuk menikmati kebahagian hidup, bila tidak mengetahui kuncinya, maka kebahagian hanya akan ada dalam angan-angan saja. Kalaupun merasa mendapat kebahagian, sesungguhnya hanya semu belaka. Bagai mengejar bayang-bayang yang tidak pernah akan terkejar.
Sebenarnya apakah kunci kebahagian tersebut?
Bersyukur, itulah jawabannya. Artinya siapapun yang tidak mengetahui cara mensyukuri nikmat dengan benar, maka tipislah harapan dapat menikmati hidup dengan benar pula. Dapat menikmati hidup dengan benar itulah kebahagian yang sejati. Hidup ini terlalu singkat untuk merasa kecewa, sedih, murung, atau perilaku lain yang tidak bermanfaat apalagi sampai melakukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh.
Memiliki kemampuan bersyukur berarti pula akan mengikat nikmat yang ada. Serta akan mengundang nikmat yang lebih besar yang belum ada. Sesuai dengan janji Alloh :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ * سورة إبراهيم ٧
Seandainya kalian bersyukur pasti Aku (Alloh) menambah nikmat kepada kalian dan seandainya kalian kufur sesungguhnya siksaKu amat berat.

Dengan demikian bagi siapapun yang menginginkan hidup bahagia wajib berusaha mencari jalan agar bisa bersyukur. Disamping memang bersyukur merupakan kewajiban ibadah yang harus dilaksanakan oleh orang iman atas nikmat-nikmat yang Alloh berikan. Firman Alloh :

مَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا * سورة النساء ١٤٧
Alloh tidak akan menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman, Alloh Maha Bersyukur dan Maha Mengetahui.

Sebagai orang yang beriman, kita wajib bersyukur atas semua nikmat yang Alloh limpahkan kepada kita, terutama nikmat hidayah dan keimanan. Sementara milyaran orang dengan berbagai cara menginginkan diri mereka mendapat hidayah Alloh ini. Namun kenyataannya diantara sekian banyak penduduk bumi yang hidup saat ini, hanya sedikit manusia yang beruntung. Dipilih oleh Alloh mendapat kasih sayang dan keutamaan Alloh. Kiranya kita fahami apalah arti semua kenikmatan duniawi dibandingkan kenikmatan surgawi yang kekal abadi selama-lamanya. Hal inilah yang seharusnya bisa menumbuhkan rasa syukur dalam hati kita. Sehingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari di dunia kita dapat senantiasa senang gembira. Dan kita bisa menikmati hidup bahagia sebagai orang yang beriman kepada Alloh. Alloh telah mengingatkan kepada kita semua dengan firmanNya :
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِه فَبِذلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ * سورة يونس ٥٨

Katakanlah Muhammad, “Dengan keutamaan dan kasih saying Alloh maka hendaklah mereka (orang-orang iman) merasa senang gembira, karena nilainya lebih baik daripada nikmat apapun yang mereka kumpulkan (dunia dan seisinya).”

Harta dan kekayaan termasuk nikmat yang paling diinginkan dan dikejar oleh manusia. Yakinlah bahwa sebenarnya segala kekayaan dan rezeki itu adalah milik Alloh. Lalu Alloh membagi-bagikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan menahannya dari siapapun yang Dia kehendaki. Mau dibuat kaya, mau dibuat miskin, semuanya mutlak tergantung kehendak Alloh. Ingatlah Firman Alloh :

اللهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِه وَيَقْدِرُ لَه إِنَّ الله بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ * سورة العنكبوت ٦٢
Alloh membentangkan dan membatasi rezeki bagi hamba-hambaNya yang Dia kehendaki, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.

Seberapa pun banyaknya rezeki dan kekayaan yang Alloh berikan, hendaknya tidak menjadi masalah. Yang penting, dalam hati kita berkeyakinan, bahwa semua adalah milik Alloh yang dititipkan kepada manusia. Seandainya kita diqodar miskin harta, maka harus kita kembalikan urusannya kepada Alloh. Kekurangan dalam harta tidak berarti apa-apa, dibandingkan berbagai nikmat yang Alloh anugerahkan kepada kita. Apalagi kita sebagai seorang yang telah di beri keimanan. Semestinya diri kita merasa seakan-akan dicelupkan dalam samudera nikmat yang tiada bertepi, tiada satu pun yang tidak dapat disyukuri. Syukur diqodar menjadi manusia, tidak jadi hewan. Syukur diqodar mejadi orang iman, bukan orang kafir. Syukur diberi nikmat iman bisa beramal, tidak menjadi orang munafiq atau fasiq. Syukur diberi kesehatan dan waktu yang longgar. Syukur diberi pikiran yang normal dan jiwa yang tentram. Syukur bahwa Alloh tidak pernah lupa memberi makan dan minum setiap hari, sehingga tubuh kuat untuk beribadah. Syukur, Alloh memberi pakaian untuk menutup aurot. Syukur, Alloh memberi tempat berteduh sehingga dapat beristirahat. Syukur, masih diberi umur panjang sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki dan memperbanyak amal. Tepatlah kiranya apa yang disabdakan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِيَ إِلَى اْلإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنَعَ بِهِ * رواه ابن ماجه عن عبد الله بن عمرو بن العاص
Sungguh bahagia orang yang diberi hidayah agama Islam dan diberi rezeki yang pas-pasan lalu dia ridlo menerimanya.

Maka untuk urusan duniawi, tengoklah selalu ke bawah, tentu kita akan merasa sudah mendapat nikmat yang banyak dan berlimpah. Bila kita selalu membandingkan dengan yang lebih tinggi, lebih bagus dan lebih kaya, maka semua nikmat yang ada terasa sangat kurang, sangat sedikit. Selalu saja diperbudak oleh keinginan yang tidak ada habisnya. Tidak pernah puas dengan apa yang telah ada. Akibatnya, apa yang telah dimiliki, tidak bisa dinikmati malahan menjadi biang kesengsaraan, karena tiada memiliki rasa syukur.
Perhatikan sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :

انْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ * رواه مسلم عن أبى هريرة
Perhatikanlah orang yang (mendapat nikmat) lebih rendah daripada kalian dan jangan (selalu) memperhatikan orang yang (mendapat nikmat) lebih tinggi daripada kalian, maka demikian itu sungguh akan membuat kalian tidak meremehkan karunia nikmat Alloh atas kalian.

Hiduplah dengan menerima kenyataan apa adanya. Bersyukurlah pada apapun yang diberikan Alloh meskipun sedikit, kecil, tanpa harus kecewa dan keluh kesah. Kemudian berikhtiarlah dengan lebih sungguh-sungguh lagi dengan hati yang lapang. Tentu Alloh tidak akan mengecewakan hambanya yang ahli bersyukur.
Tidak perlu kita ingin selalu tampak lebih daripada keadaan sebenarnya. Tidak perlu kita iri terhadap kenikmatan Alloh yang diberikan kepada orang lain. Ingatlah bahwa apa yang cocok untuk orang lain, belum tentu maslahat bagi setiap orang. Yakinilah, bahwa masing-masing telah ada qodarnya. Hindarilah sifat dengki karena kedengkian kita kepada seseorang tak akan mengubah ketentuan Alloh pada orang itu. Jika kita dengki kepada seseorang karena rezekinya lebih banyak atau usahanya lebih lancar, maka itu semua percuma saja. Hanya Alloh yang menentukan dan dapat menurunkan atau mengangkat derajat seseorang. Keadaan dia tidak akan berubah jika Alloh tidak menghendakinya. Dengan memperkuat keyakinan terhadap qodar dan meningkatkan keridloan serta rasa syukur atas nikmat yang Alloh berikan, kita akan terhindar dari sifat dengki yang bisa merusak pahala amal ibadah kita.
Ingatlah sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam. :

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ * رواه أبو داود عن أبى هريرة
Hindarilah sifat dengki, karena kedengkian akan menghabiskan kebaikan-kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar atau rumput kering.

Orang iman yang diqodar kaya dan rezekinya banyak, hendaknya menyakini bahwa kekayaan dan rezeki itu adalah milik Alloh yang dititipkan kepadanya. Semua titipan Alloh harus dapat menjadi kendaraan untuk membuatnya semakin dekat dengan Alloh. Tunaikan kewajiban infaq, shodaqoh serta pembelaan untuk kelancaraan perjuangan agama Alloh. Tingkatkan sifat dermawan dalam membantu sesama saudara. Apakah dia takut dengan memperbanyak infaq, shodaqoh dan kedermawanannya membuat menjadi miskin dan bangkrut? Sebaliknya, seharusnya dia takut bila rezeki itu tidak digunakan sebagaimana yang diridloi Alloh. Karena sangat tidak sulit bagi Alloh untuk sewaktu-waktu mengambilnya dengan berbagai cara, apakah dicuri orang, ditipu orang, rumah terbakar, kendaraan tabrakan dll. Perlu diingat bahwa harta kekayaan yang akan benar-benar dimiliki selama-lamanya adalah yang mempunyai nilai amal, yaitu harta yang diinfaqkan pada jalan yang diridloi Alloh dan diniatkan untuk mencari pahala dari Alloh. Dengan menginfaqkan inilah jaminan kehadiran rezeki yang lebih barokah dan melimpah pun akan datang.
Perhatikan beberapa dalil di bawah ini :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ * رواه مسلم عن أبى هريرة
Shodaqoh tidak mengurangi harta dan Alloh tidak menambah kepada seorang hamba sebab memaafkan kecuali menambah kemuliaanya, dan tidak andap asor (rendah hati) seseorang kepada Alloh kecuali Alloh mengangkat (derajat) pada orang itu.

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ قَالَ اللهُ أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ *رواه البخارى عن أبى هريرة
Sesungguhnya Rosulalloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : Alloh berfirman, “Wahai anak turun Adam, infaqkanlah (harta bendamu) maka Aku akan memeberi rezeki padamu.”

Demikian pula orang yang diberi nikmat lebih berupa ilmu, kedudukan, kekuasaan, kemampuan, keahlian dll, hendaknya dapat memanfaatkannya untuk kemaslahatan bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya agar mendapat ridlo Alloh. Jadi hakikat bersyukur adalah menikmati apa yang telah Alloh berikan kemudian memanfaatkannya pada jalan yang Alloh ridloi.

2. Istirja’ Ketika Mendapat Musibah
Dalam kehidupan di dunia ini, kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatu cocok dengan apa yang diinginkan ataupun yang diangan-angankan sebelumnya. Karena pasti saja akan terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan. Segala sesuatu yang menimpa orang iman yang dia tidak menyenanginya inilah yang disebut musibah. Ketahuilah segala sesuatu ada dan terjadi sesuai dengan qodar Alloh. Hal ini merupakan keyakinan orang-orang iman, yakin bahwa segala sesuatu tidak akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan, izin dan ketentuan Alloh. Musibah yang terjadi sudah merupakan kehendak Alloh yang tidak bisa dielakkan. Dan sekaligus sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman.
Perhatikan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِى اْلأَرْضِ وَلاَ فِيْ أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِيْ كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ * سورة الحديد٢٢
Tidaklah suatu musibah terjadi di bumi dan menimpa pada diri kalian kecuali telah (tertulis) di dalam kitab (Lauhul Mahfuudz) sejak sebelum Alloh memberlakukannya, sesungguhnya demikian itu mudah bagi Alloh.

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ * سورة القمر ٤٩
Sesungguhnya Kami (Alloh) menciptakan segala sesuatu dengan berdasarkan qodar (ketentuan).

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ * الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ * أُولئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ * سورة البقرة ١٥٥- ١٥٧
Niscaya Kami (Alloh) akan memberi cobaan (musibah) kepada kalian berupa rasa cemas, kelaparan, kekurangan harta, diri dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ketika mereka terkena musibah lalu berkata, “Sesungguhnya kami bagi Alloh dan kami pasti kembali kepadaNya.” Merekalah orang yang mendapat sholawat dan rohmat dari Tuhan mereka dan merekalah orang yang mendapat hidayah.

Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita dan mencegah setiap musibah dengan kekuatannya sendiri, sebab manusia adalah makhluq yang sangat lemah. Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila mengambalikan semua perkara kepada Alloh dan percaya sepenuhnya kepada perlindunganNya serta bertawakal kepadaNya. Oleh karena itu pada saat menghadapi musibah orang iman diwajibkan beristirja’ yaitu mengucapkan kalimat :

إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ , اللَّهُمَّ أْجُرْنِيْ فِى مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا

Sebagai ungkapan hati yang pasrah, sabar, ridlo terhadap qodar Alloh, dan mengembalikan segala urusannya kepada Alloh dengan disertai kesadaran bahwa Yang mengambil adalah Yang memberi, Yang mencabut adalah Yang menganugerahkan.
Alloh tidak akan pernah mendatangkan musibah kecuali Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Namun hal itu apabila ketika terjadi musibah kita beristirja’. Berdasarkan sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصيِْبُهُ مُصيِْبَةٌ فَيَقُوْلُ إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِيْ فِى مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللهُ فِى مُصِيْبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ... الحديث * رواه مسلم عن أم سلمة
Tidak ada hamba yang mengenai padanya musibah kemudian dia berkata, “Sesungguhnya kami bagi Alloh dan akan kembali kepadaNya, Ya Alloh mudah-mudahan Engkau memberi pahala dalam musibahku dan menggantinya dengan yang lebih baik,” kecuali Alloh memberi pahala padanya dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.

Berbahagialah orang iman yang mendapat musibah, karena Alloh yang menentukan terjadinya musibah menganugerahkan pahala yang besar, pengampunan dan surga bila mereka ridlo dan sabar menghadapinya. Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang hilang dari orang yang terkena musibah. Mereka justru beruntung sebab qodar musibah bagi orang iman berarti Alloh menghendaki kebaikan terhadapnya. Sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
مَا مِنْ مُصِيْبَةٍ تُصِيْبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا*رواه البخارى عن عائشة
Tidak ada musibah yang mengenai pada orang Islam kecuali Alloh menghapus dosanya sebab musibah tersebut sampai (musibah karena) tertusuk duri sekalipun.

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ * رواه البخارى عن أبى هريرة
Barangsiapa yang Alloh kehendaki baik maka Alloh pasti mengenakan musibah kepadanya.

إِنَّ اللهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ يُرِيْدُ عَيْنَيْهِ *رواه البخارى عن أنس بن مالك
Sesungguhnya Alloh befirman, “Ketika Aku memberi cobaan (musibah) kepada hambaKu berupa kehilangan dua mata yang dikasihinya (kebutaan) maka Aku akan menggantinya dengan surga.”

Karena itu jangan pernah merasakan gundah dan bersedih yang dikarenakan suatu penyakit, kematian yang terjadi, kerugian harta ataupun rumah terbakar dll. Betapapun, sesungguhnya Alloh yang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya dan qodar sudah terjadi. Usaha dan upaya manusia boleh sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan mutlak hak Alloh. Dengan terjadinya musibah, pahala telah tercapai dan dosa telah terhapus, maka berbahagialah orang-orang yang terkena musibah atas kesabaran dan keridloan mereka kepada Alloh.
Kebanyakan dari kita ternyata masih amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan perbuatan-perbuatan makhluq dan menggantungkan harapan datangnya bantuan makhluq. Padahal sudah jelas tidak ada satu pun yang dapat menimpakan madlorot ataupun mendatangkan manfaat tanpa seizin Alloh. Dalam firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَه إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِه يُصِيْبُ بِه مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِه وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ * سورة يونس ١٠٧
Seandainya Alloh mengenakan madlorot kepadamu maka tiada yang dapat menghilangkanya kecuali Dia, dan jika Dia menghendaki baik kepadamu maka tiada yang dapat menolak kefadlolanNya, Alloh mengenakan demikian itu kepada hamba-hambanNya yang Dia kehendaki dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Jadi apa perlunya kita merasa cemas dengan memperpanjang pikiran dan menggantungkan harapan kepada sesama makhluq? Sedangkan mereka pun sama sekali tidak dapat menolak kemudlorotan yang menimpa diri mereka sendiri. Cukuplah kepada Alloh kembalinya segala urusan, segala tumpuan dan harapan. Dialah segala-galanya dan penentu segenap kejadian. Tiada satu pun di jagad semesta ini yang dapat bergerak tanpa izinNya. Barangsiapa yang yakin bahwa Allohlah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Alloh pun benar-benar akan menjaminnya.
Firman Alloh dalam sebuah hadits qudsi :
يَقُولُ اللهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ... الحديث * رواه البخارى عن أبى هريرة
Alloh berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu terhadapKu . . .”

Semua kejadian musibah telah diketahui dan diatur secara cermat penuh kebijaksanaan dan kasih sayang untuk ditimpakan kepada hambah-hambaNya. Alloh Maha Mengetahui akan keadaan kita pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dia Mahatahu keinginan dan cita-cita kita. Diapun Mahatahu akan kekuatan tubuh, ketangguhan jiwa, tingkat intelektualitas, keadaan ekonomi, kekuatan iman bahkan segala yang ada pada diri kita. Bukankah Dia yang menciptakan dan mengurus segalanya? Jadi, mutlak setiap yang ditimpakan itu telah diukur kadar kiranya dan akan sangat sesuai dengan kemampuan dan keadaan kita.
Sekiranya terjadi suatu musibah kemudian dirasakan sangat pahit, sangat menyakitkan dan amat berat menerimanya, maka sebetulnya semua itu semata-mata karena kita belum mampu memahami hikmah di balik kejadian tersebut, atau karena kita masih menyangka bahwa pengetahuan kita dan rencana kita lebih baik daripada rencana Alloh. Padahal ilmu kita yang teramat sedikit ini kerap kali diselimuti hawa nafsu yang cenderung menipu dan menggelincirkan diri kita. Sedangkan Alloh adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala-segalanya.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَعَسى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ * سورة البقرة ٢١٦
Bisa jadi bahwa kalian membenci sesuatu ternyata sesuatu itu baik bagi kalian dan bisa jadi kalian menyenangi sesuatu ternyata sesuatu itu buruk bagi kalian, Alloh Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.

3. Sabar Menghadapi Cobaan atau Penganiayaan
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini orang iman pasti mendapatkan cobaan atau penganiayaan.
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَقُوْلُوْا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ * سورة العنكبوت ٢
Apakah manusia mengira dengan mereka mengatakan, “Kami beriman,” akan dibiarkan saja tanpa diberi cobaan?

Adanya Alloh memberi cobaan tersebut untuk menguji kesungguhan keimanan seseorang, juga sebagai wujud kecintaan Alloh terhadap orang iman. Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِيْنَ * سورة العنكبوت ٣
Sungguh Kami (Alloh) telah memberi cobaan kepada orang-orang iman sebelum mereka, sehingga Alloh akan mengetahui orang-orang yang jujur (dalam keimanannya) dan orang-orang yang dusta (dalam keimanannya).

Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :

وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ * رواه الترمذى عن أنس
Dan sesungguhnya Alloh ketika mencintai suatu kaum pasti memberi cobaan kepada mereka.

Karenanya tatkala masa cobaan itu datang, hanya dengan kesabaranlah kita akan berhasil lulus ujian mendapatkan pertolongan dan akan menikmati kemenangan. Dalam kesabaran terdapat keridloan, ketho’attan, kemauan yang keras, kesungguhan usaha, ketabahan yang besar serta kepasrahan dalam menghadapi berbagai cobaan. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh para nabi bersama orang iman zaman duhulu, yang tersebut dalam firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَه رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌ فَمَا وَهَنُوْا لِمَا أَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ * سورة أل عمران ١٤٦
Banyak dari para nabi yang berperang, bersamanya pengikut yang banyak, mereka tidak lemah semangat karena cobaan yang menimpa mereka dalam urusan agama Alloh dan mereka tidak lemah dalam usaha tidak pula mereka menyerah pada musuh, dan Alloh senang terhadap orang-orang yang bersabar.

Dalam perjalanan kehidupan Rosululloh juga tercermin keridloan serta kesabaran beliau menerima cobaan-cobaan dari Alloh. Beliau pernah hidup dalam keadaan fakir, beliau tetap ridlo dan sabar menjalani hidup dalam keadaan fakir, bahkan tidak pernah makan kenyang selama tiga hari berturut-turut, beliau pernah meminjam gandum dari seorang Yahudi dengan menjaminkan baju perangnya, tidurnya pun hanya beralaskan tikar sehingga menimbulkan bekas tikar di kulit tulang belikatnya.
Beliau juga ridlo dan sabar ketika orang-orang Quraisy yang mengintimidasinya dengan perlakuan fisik yang kasar, dengan tuduhan beliau sebagai pembohong bahkan harga dirinya diinjak-injak sehingga tidak dipercayai lagi. Ada yang menjulukinya sebagai pembohong, tukang sihir, penyair bahkan dikatakan orang yang gila. Beliau pun tetap sabar dan ridlo pada masa tertekan dan ketika paman dan istrinya Siti Khodijah meninggal dunia.
Beliau juga ridlo dan sabar tatkala turut terjun di saat perang Uhud, kepalanya dilempari hingga berdarah, gigi serinya patah, bahkan pamannya terbunuh, shohabat-shohabatnya dibantai dan bala tentaranya dikalahkan. Demikian juga ketika menghadapi koalisi orang-orang kafir, Yahudi, munafiq dan orang-orang musyrik yang mana mereka semua telah sepakat untuk memerangi Nabi dan para shohabat-shohabatnya. Beliau tetap berdiri kokoh, tegar, tawakal dan menyerahkan segalanya kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Akhirnya buah dari kesabaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi semua itu adalah pertolongan dan kemenangan dari Alloh.
Diterangkan dalam firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِيْنًا * لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَه عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا * سورة الفتح ١- ٢
Sesungguhnya Kami (Alloh) pasti memberikan kemenangan bagimu dengan kemenangan nyata. Agar Alloh mengampuni bagimu dosa-dosa yang telah lalu dan dosa-dosa akhir, Alloh menyempurnakan nikmatNya atasmu dan Alloh memberi petunjuk kepadamu jalan yang lurus.

Sekiranya kita dalam menetapi keimanan ini menemui rintangan, gegeran, penganiayaan, masa-masa sulit dan berbagai problem dalam kehidupan, kesemuanya merupakan cobaan dari Alloh yang harus kita hadapi dengan sabar, tabah dan tawakal.
Menyerahkan semua perkara kepada Alloh, bertawakal kepadaNya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janjiNya, ridlo dengan apa yang dilakukanNya dengan husnudzon billah (berbaik sangka) kepadaNya dan menunggu dengan sabar akan pertolonganNya merupakan buah keimanan yang agung dan sifat mulia dari diri orang iman. Tatkala seorang hamba tenang dan yakin bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, kemudian dia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Alloh, maka dia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan dan kecukupan serta pertolongan dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Ketika Nabi Ibrohim dilemparkan dalam kobaran api, beliau mengucapkan
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ maka Alloh pun menjadikan api yang panas itu menjadi dingin seketika itu juga dan Nabi Ibrohim selamat tidak terbakar api itu. Demikian halnya yang dilakukan oleh Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam dan para shohabat-shohabatnya mereka juga mengucapkan حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ketika mandapat ancaman dari pasukan kafir dan para penyembah berhala. Bila kita ingin keluar dari kesusahan dan selamat dari cobaan maka jadikanlah lafadz tersebut sebagai dzikir dan do’a yang selalu menyertai langkah hidup kita. Jika kekurangan harta, hutang menumpuk, sumber kehidupan kering, mata pencaharian terhenti adukanlah semuanya kepada Alloh seraya mengucapkan lafadz tersebut juga tidak lupa disertai dengan usaha lahiriahnya. Juga ketika takut kepada musuh, cemas terhadap perlakuan orang dholim atau khawatir karena terjadinya musibah maka dengan tulus ucapkanlah lafadz :
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ dengan penuh keyakinan bahwa Alloh akan menghilangkan semua itu dari kita.
Alloh lah yang menyelamatkan orang tenggelam, memberi jalan keluar orang-orang yang mengalami kesulitan, menolong orang-orang yang didholimi, menyembuhkan orang yang sakit dan meringankan bebannya orang yang mendapat cobaan. Maka tatkala musibah dan cobaan datang silih berganti, perbanyaklah berdo’a dan berdzikir kepadaNya. Harapkanlah kasih sayang dariNya dan nantikanlah pertolongan yang akan diberikan olehNya. Beribadahlah kepadaNya dengan tertib dan tekun agar segera mendapatkan pertolongan, kemenangan dan kebahagiaan dariNya. Ingatlah mustajabnya do’a orang yang didholimi, besarnya pahala ibadah orang yang terhimpit sembari menunggu keleluasaan dari Tuhannya. Ingat pula di balik kesukaran ada kemudahan, di balik penganiayaan ada kemuliaan, beribu-ribu rintangan, jutaan pertolongan, milyaran kemenangan, surga pasti.
Perhatikan dalil-dalil di bawah ini :
اتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُوْمِ فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ * رواه البخارى عن ابن عباس
Takutlah pada do’anya orang yang dianiaya, sesungguhnya tidak ada tutup antara do’a itu dengan Alloh.
وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلاَّ زَادَ اللهُ عِزًّا ... الحديث* رواه الترمذى عن أبى كبشة
Dan tidak dianiaya seseorang dengan suatu penganiayaan maka dia sabar atas penganiayaan itu kecuali Alloh menambah kemulyaan padanya …..

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مَعَه مَتى نَصْرُ اللهِ أَلاَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيْبٌ * سورة البقرة ٢١٤

Apakah kalian mengira akan masuk surga, sedangkan belum datang kepada kalian seperti keadaan yang dialami oleh orang-orang iman sebelum kalian yaitu mengenai kepada mereka kefakiran yang memberatkan, penyakit yang parah dan mereka digoncangkan (oleh keadaan yang mencemaskan) sehingga rosul dan orang-orang iman yang menyertainya mempertanyakan, “Kapankah datangnya pertolongan Alloh?” Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Alloh dekat (pasti)

Adakah solusi menghadapi cobaan selain bersabar? Apakah ada senjata yang dapat kita gunakan selain kesabaran? Bersabarlah karena Alloh atas segala cobaan yang menimpa. Sebagaimana kesabaran orang-orang yang mengharapkan pahala, tentulah orang itu tidak kenal lelah dan tidak lemah semangat dalam usahanya, orang yang senang kebaikan dan mengingkari pada segala kejahatan, orang yang tidak berbuat dholim, orang yang tetap tekun dalam beribadah, orang yang yakin terhadap akan datangnya kemudahan dan pertolongan, orang yang memasrahkan segala urusannya hanya kepada Alloh dan juga yakin hanya Alloh lah yang akan memberikan pertolongan. Perhatikan firman-firmanNya :

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُوْنَ * سورة النحل ١٢٧
Sabarlah, tidak ada kesabaran kecuali karena Alloh, dan jangan sedih atas sikap mereka, dan jangan enkau merasa sempit dari upadaya mereka.

فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلى مَا تَصِفُوْنَ * سورة يوسف ١٨
(Kesabaran itu adalah) kesabaran yang baik dan Alloh adalah Dzat yang dimintai pertolongan atas apa-apa yang kalian perbuat.

Oleh karena itu manakala terjadi cobaan yang memberatkan dan mencemaskan maka hadapilah dengan sabar. Segera kuasai diri sebaik-baiknya, jangan sampai membebani diri dengan pikiran-pikiran buruk yang diada-adakan ataupun pikiran-pikiran yang dipersulit sehingga terasa menyiksa diri. Ridlolah terhadap semua ketentuan dan ketetapanNya, yakinilah kesempurnaan pertimbangan dan kasih sayangNya, bulatkan keyakinan bahwa hanya Alloh satu-satunya penolong bagi kita. Dialah pemberi jalan keluar yang terbaik. Mustahil Alloh lalai dan lupa terhadap hambaNya, tidak mungkin pula Dia mengingkari janji-Nya terhadap orang-orang iman yang sungguh-sungguh meyakini bahwa pertolongan hanya datang dari Alloh semata.
Kemudian dengan hati tenang dan pikiran jernih, kumpulkanlah ikhtiar yang optimal untuk mendapatkan pertolongan Alloh. Disertai dengan kesabaran dalam mengerjakan amalan-amalan yang dicintaiNya dan menempuh jalan yang diridloiNya. Serta didorong dengan kesungguhan dalam berdzikir dan berdo’a memohon pertolongan dan jalan keluar dariNya. Dilandasi dengan taqwa dan sikap tawakal memasrahkan segala keberhasilannya hanya kepada Alloh Dzat yang Mahakuasa. Ingat firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَه مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُه إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِه قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا * سورة الطلاق ٢- ٣
Dan barangsiapa takut kepada Alloh, maka Alloh akan memberi jalan keluar baginya dan akan memberi rezeki dari mana yang dia tidak sangka. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Alloh, maka Alloh yang memberi keculupan kepadanya, sesungguhnya Alloh melaksanakan kehendakNya, sungguh Alloh telah menentukan qodar terhadap segala sesuatu.

Seyogyanya kita merapatkan barisan, menyatukan langkah, saling memaafkan dan berdamai kembali. Mengambil hal-hal yang mudah kita lakukan, meninggalkan hal-hal yang menyulitkan, meluruskan langkah dan mengesampingkan berbagai hal-hal yang mengganggu, dengan berharap datangnya pertolongan Alloh sehingga kita bisa lulus melewati masa-masa sulit yang penuh cobaan menuju kemenangan dan kebahagiaan.

4. Bertaubat Ketika Berbuat Salah
Tiada seorang hamba yang tidak pernah terjatuh ke dalam dosa. Artinya setiap manusia tidak akan terlepas dari melakukan perbuatan kesalahan dan dosa.
Sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam :
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيَرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ * رواه ابن ماجة عن أنس
Setiap anak turun Adam banyak berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.

Makhluq yang bernama manusia ini telah diciptakan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dengan sifat cenderung untuk berbuat salah yang senantiasa ditimbulkan oleh nafsu amarroh bissu` (nafsu yang menggoda manusia melakukan kejahatan) yang akan mencampakkan manusia ke dalam lembah kemaksiatan.
Firman Alloh :
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ ... الأية * سورة يوسف ٥٣
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan . . .

وَخُلِقَ اْلإِنْسَانُ ضَعِيْفًا * سورة النساء ٢٨
Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah (mudah tergoda).

Sesungguhnya bila seorang muslim berbuat dosa dan merasa bahwa ia jauh dari Tuhannya lalu ia berusaha mengembalikan dirinya ke jalan yang benar dan membersihkan dirinya dari segala dosa yang dilakukannya, maka yang membersihkan dirinya ialah dengan bertaubat kepadaNya mengharapkan ampunan dan keridloan dari Alloh. Cahaya hidayah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang menerangi seorang muslim akan memelihara dirinya dari tipu daya syetan dan melindungi dirinya dari rasa putus asa dari rohmat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Alloh berfirman :
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا إِنَّه هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ * سورة الزمر ٥٣
Katakanlah Muhammad, “Wahai hamba-hambaku yang telah banyak berbuat kesalahan atas diri mereka (dosa-dosa), janganlah kalian berputus asa dari kasih saying Alloh, sesungguhnya Alloh mengampuni semua dosa, sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. telah memerintahkan kepada orang iman agar bertaubat kepadaNya.

Firman Alloh :
وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ * سورة نور٣١
Dan bertaubatlah kalian semuanya kepada Alloh, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian bahagia.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا تُوبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا ... الأية * سورة التجريم ٨
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya …...

Alloh Maha Pengampun, Maha Pemaaf dan Maha Menerima taubat. Alloh menerima taubat dan mengampuni dosa, Alloh membuka pintu pengampunan dan pintu maaf bagi hamba-hambaNya. Maka apabila seorang hamba bertaubat kepada Alloh dengan penuh perasaan menyesal, bersungguh-sungguh untuk tidak melakukan kembali segala dosa yang pernah dia lakukan, membaca istighfar mohon pengampunan dari Alloh dan beramal sholih menunaikan kafarohnya dengan perasaan taqwa dan mengharap rohmatNya, Alloh pasti akan menerima taubatnya. Alloh berfiman :
وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِه وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَ * سورة الشورى ٢٥
Dia (Alloh) Dzat yang menerima taubat dari hamba-hambaNya, memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan.

Apabila seorang hamba melakukan maksiat dan terlintas di dalam hatinya untuk bertaubat maka hendaklah dia segera bertaubat. Dan jangan bersandar kepada angan-angan sehingga lengah darinya. Karena dia tidak mengetahui kapan hari-harinya di dunia ini akan berakhir, kapan terputus nafasnya. Alloh telah menyerukan dalam Al-Qur`an agar seorang hamba mengakui dosa-dosanya dengan segera melakukan taubat :
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَأُولـئِكَ يَتُوْبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا * سورة النساء ١٧

esungguhnya taubat yang diterima oleh Alloh bagi orang-orang yang berbuat kesalahan karena kebodohan lalu mereka bertaubat dengan segera, maka Alloh menerima taubat mereka dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Menghukumi.
Dengan keluasan rohmat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan ampunan Alloh maka sebagai kelebihan dan karuniaNya, pada setiap waktu dan masa pintu taubat senantiasa terbuka. Kecuali seseorang yang melakukan kejahatan sampai ketika maut menghampirinya ia berkata, “Sesungguhnya aku taubat sekarang …” taubatnya tidak diterima. Karena dalam keadaan demikian pintu taubat telah tertutup baginya.
Sabda Rosululloh Shollallohu alaihi wasallam :
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يغَرْغِرْ * رواه الترمذى عن ابن عمر
Sesungguhnya Alloh menerima taubat selama seseorang belum sekarat.

Diantara berbagai macam dosa, maka syirik kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala adalah dosa terbesar dan paling keji. Orang yang berbuat syirik berarti telah jauh dari rohmat Alloh. Oleh karena itu haramlah surga baginya, neraka tempat tinggalnya.
Firman Alloh :
إِنَّه مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ* سورة المائدة ٧٢
Sesungguhnya barangsiapa menyekutukan Alloh (syirik), maka Alloh mengharamkan surga baginya, neraka tempat kembalinya dan tidak ada penolong bagi orang yang berbuat aniaya.

Dalam keadaan seperti ini pun Alloh masih menerima taubatnya, asalkan dia meninggalkan perbuatan syiriknya. Sebagaimana Firman Alloh :

قُلْ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا إِنْ يَنْتَهُوْا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُوْدُوْا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِيْنَ * سورة الأنفال ٣٨
Katakanlah Muhammad kepada orang-orang kafir, kalau mereka berhenti (dari syirik) maka dosa-dosa mereka yang telah lewat akan diampuni dan jika mereka kembali (pada kemusyrikan) maka telah lewat sunnahnya orang yang awal (disiksa).

Dengan demikian pintu taubat selalu terbuka, masuklah ke dalamnya siapa saja yang insyaf berkat hidayahNya.
Adapun dosa akibat meninggalkan perkara wajib yang mampu dilakukan seperti sholat, puasa, zakat maka cara taubatnya adalah menyempurnakan penunaian kewajiban itu dan mengqodlo amal perbuatan yang ditinggalkannya.
Sedangkan dosa akibat perbuatan maksiat seperti menghalalkan apa yang telah diharamkan, melakukan perbuatan riba, melanggar dalam pergaulan laki-laki dan perempuan maka harus dihapus dengan bertaubat dan menunaikan kafarohnya.
Jika dosa itu berkaitan dengan hak anak Adam hendaklah dia membebaskan dirinya dari tuntutan hak itu dengan cara mengembalikannya kepada yang berhak ataupun meminta kehalalan darinya. Apabila dia tidak menemukan cara untuk membebaskan dirinya dari masalah yang dihadapainya maka ampunan Alloh amat luas dan karunianya tidak terbatas.
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

ذَنْبٌ لاَ يُغْفَرُ وَذَنْبٌ لاَ يُتْرَكُ وَذَنْبٌ يُغْفَرُ . فَأَمَّا الَّذِى لاَ يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ بِاللهِ وَأمَّا الَّذِى يُغْفَرُ فَذَنْبُ الْعَبْدِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأمَّا الَّذِى لاَ يُتْرَكُ فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضُهُمْ بعْضاً * رواه الطبرانى عن سلمان

Ada dosa yang diampuni, ada dosa yang tidak diampuni dan ada dosa yang diadakan pembalasan atasnya. Adapun dosa yang tidak diampuni adalah syirik terhadap Alloh, adapun dosa yang diampuni adalah dosa pengamalan antara hamba dan Tuhannya Azza Wa Jalla, adapun dosa yang diadakan pembalasan adalah penganiayaan antar sesama hamba.

Mudah-mudahan kita semua selalu mendapatkan qodar yang baik dari Alloh dan di beri selalu bisa ridho dengan segala ketentuan-ketentuan dari ilahi robbi. Amiiin

1 komentar:

Marbot mengatakan...

AJKK,
Ini ole2 dari CAI ya..
Izin saya copas ya..
Mugo2 Alloh paring ASLB
Salam kenal..